Jumat, 16 November 2007

kisah haru gadis kecil palestina

Sebuah kisah nyata yang membuat gerimis dan mata berkaca-kaca. Pilu
hati, menyadari bahwa masih banyak saudara kita yang hidup dengan
penuh perjuangan. Apa yang bisa kita perbuat? Sekedar berempati saja
tidak cukup. Ah, malu sekali diri ini :(((
------------

Ini adalah kisah tentang seorang siswi di sebuah sekolah putri di
Palestina. Hari itu dewan sekolah berkumpul seperti biasanya. Di
antara keputusan dan rekomendasi yang dikeluarkan dewan dalam
pertemuan ini adalah pemeriksaan mendadak bagi siswi di dalam aula.

Dan benar, dibentuklah tim khusus untuk melakukan pemeriksaan dan
mulai bekerja. Sudah barang tentu, pemeriksaan dilakukan terhadap
segala hal yang dilarang masuk di lingkungan sekolah seperti hand
phone berkamera, foto-foto, gambar-gambar dan surat-surat cinta serta
yang lainnya.

Keamanan saat itu nampak normal dan stabil, kondisinya sangat tenang.
Para siswi menerima perintah ini dengan senang hati. Mulailah tim
pemeriksa menjelajah semua ruangan dan aula dengan penuh percaya
diri. Keluar dari satu ruangan masuk ke ruangan lainnya. Membuka tas-
tas para siswi di depan mereka. Semua tas kosong kecuali berisi buku-
buku, pena dan peralatan kebutuhan kuliah lainnya. Hingga akhirnya
pemeriksaan selesai di seluruh ruangan kecuali satu ruangan. Di
situlah bermula kejadian. Apakah sebenarnya yang terjadi ???

Tim pemeriksa masuk ke ruangan ini dengan penuh percaya seperti
biasanya. Tim meminta izin kepada para siswi untuk memeriksa tas-tas
mereka. Dimulailah pemeriksaan.

Saat itu di ujung ruangan ada seorang siswi yang tengah duduk. Dia
memandang kepada tim pemeriksa dengan pandangan terpecah dan mata
nanar, sedang tangannya memegang erat tasnya. Pandangannya semakin
tajam setiap giliran pemeriksaan semakin dekat pada dirinya. Tahukah
anda, apakah yang dia sembunyikan di dalam tasnya ???

Beberapa saat kemudian tim pemeriksa memeriksa siswi yang ada di
depannya. Dia pun memegang sangat erat tasnya. Seakan dia mengatakan,
demi Allah mereka tidak akan membuka tas saya. Dan tiba lah giliran
pemeriksaan pada dirinya. Dimulailah pemeriksaan.

Tolong buka tasnya anakku, kata seorang guru anggota tim pemeriksa.
Siswi itu tidak langsung membuka tasnya. Dia melihat wanita yang ada
di depannya dalam diam sambil mendekap tas ke dadanya. Barikan tasmu,
wahai anakku, kata pemeriksa itu dengan lembut. Namun tiba-tiba dia
berteriak keras: tidak … tidak … tidak …

Teriakan itu memancing para pemeriksa lainnya dan merekapun berkumpul
di sekitar siswi tersebut. Terjadilah debat sengit: berikan … tidak …
berikan … tidak …

Adakah rahasia yang dia sembunyikan??? Dan apa yang sebenarnya
terjadi???

Maka terjadilah adegan pertarungan tangan untuk memperebutkan tas
yang masih tetap berada dalam blockade pemiliknya. Para siswi pun
terhenyak dan semua mata terbelalak. Seorang dosen wanita berdiri dan
tangannya diletakan di mulutnya. Ruangan tiba-tiba sunyi. Semua
terdiam. Ya Ilahi, apakah sebenarnya yang ada di dalam tas tersebut.
Apakah benar bahwa si Fulanah (siswi) tersebut ….

Setelah dilakukan musyawarah akhirnya tim pemeriksa sepakat untuk
membawa sang siswi dan tasnya ke kantor, guna melanjutkan pemeriksaan
yang barang kali membutuhkan waktu lama …

Siswi tadi masuk kantor sedang air matanya bercucuran bagai hujan.
Matanya memandang ke arah semua yang hadir di ruangan itu dengan
tatapan penuh benci dan marah. Karena mereka akan mengungkap rahasia
dirinya di hadapan orang banyak. Ketua tim pemeriksa memerintahkannya
duduk dan menenangkan situasi. Dia pun mulai tenang. Dan kepala
sekolah pun bertanya, apa yang kau sembunyikan di dalam tas wahai
anakku …?

Di sini, dalam saat-saat yang pahit dan sulit, dia membuka tasnya. Ya
Ilahi, apakah gerangan yang ada di dalamnya??? Bukan. Bukan. Tidak
ada sesuatu pun yang dilarang ada di dalam tasnya. Tidak ada benda-
benda haram, hand phone berkamera, gambar dan foto-foto atau surat
cinta. Demi Allah, tidak ada apa-apa di dalamnya kecuali sisa makanan
(roti). Ya, itulah yang ada di dalam tasnya.

Setelah ditanya tentang sisa makanan yang ada di dalam tasnya, dia
menjawab, setelah menarik nafas panjang.

"Ini adalah sisa-sisa roti makan pagi para siswi, yang masih tersisa
separoh atau seperempatnya di dalam bungkusnya. Kemudian saya
kumpulkan dan saya makan sebagiannya. Sisanya saya bawa pulung untuk
keluarga saya di rumah …Ya, untuk ibu dan saudara-saudara saya di
rumah. Agar mereka memiliki sesuatu yang bisa disantap untuk makan
siang dan makan malam. Kami adalah keluarga miskin, tidak memiliki
siapa-siapa. Kami bukan siapa-siapa dan memang tidak ada yang
bertanya tentang kami. Alasan saya untuk tidak membuka tas, agar saya
tidak malu di hadapan teman-teman di ruangan tadi."

Tiba-tiba suara tangis meledak ruangan tersebu. Mata semua yang hadir
bercucuran air mata sebagai tanda penyesalan atas perlakukan buruk
pada siswi tersebut.

Ini adalah satu dari sekian banyak peristiwa kemanusiaan yang
memilukan di Palestina. Dan sangat mungkin juga terjadi di sekitar
kehidupan kita. Kita tidak tahu, barang kali selama ini kita tidak
peduli dengan mereka. Doa dan uluran tangan kita, setidaknya bisa
sedikit meringankan penderitaan mereka. Khususnya saudara-saudara
kita di Palestina yang hingga kini terus dilanda tragedi kemanusiaan
akibat penjajahan Zionis Israel.

1 komentar:

Uce Indahyanti mengatakan...

awalnya masuk ke blog anda untuk cari info ttg beasiswa Fulbright...terus lihat2 posting yg terbaru..ketemulah dgn kisah yg mengharukan ini.
terima kasih telah berbagi cerita yg menggugah rasa persaudaraan kita sbg sesama muslim.
(uce-indahyanti.blogspot.com