Jumat, 02 Mei 2008

Beasiswa Monbukagakusho 2009

Kedutaan Besar Jepang membuka penawaran beasiswa kepada mahasiswa/
mahasiswi Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di universitas di
Jepang sebagai research student pada tahun 2009 dalam Program Beasiswa
Pemerintah Jepang (Monbukagakusho).

Peminat pada waktu menjalani research student diperbolehkan melamar ke
program degree (master/doctor/professional graduate course) atau
meneruskan program doctor degree setelah menyelesaikan program master
degree atau professional graduate course, apabila lulus seleksi tes
ujian yang diberikan oleh universitas yang bersangkutan

Persyaratan untuk melamar, sbb



(1) Pelamar lahir pada dan setelah tanggal 2 April 1974
(2) IPK minimum 3,0 atau nilai EJU (Examination for Japanese
University Admission for International Students) minimum 260 dalam
jumlah 2 mata ujian tidak termasuk Bahasa Jepang
(3) Nilai TOEFL minimum 550 atau ekuivalen atau lulus Tes Kemampuan
Bahasa Jepang Tingkat 2
Formulir pendaftaran dapat diambil secara gratis di Kedutaan Besar
Jepang (Bagian Pendidikan, pukul 08:30-12:00, 14:00-15:30), Konsulat
Jenderal Jepang di Surabaya, Medan, dan Makassar. Formulir pendaftaran
juga dapat diperoleh pada website Kedutaan Besar Jepang (http://www.id.emb-japan.go.jp
). Dokumen lamaran harus dikembalikan kepada Kedutaan Besar Jepang
sebelum tanggal 23 Mei 2008, dapat diserahkan secara langsung atau
dikirim melalui pos.

Keterangan lebih lanjut mengenai program beasiswa ini dapat diperoleh
di Kedutaan Besar Jepang (Bagian Pendidikan: Tel: 021-3192.4308 psw:
175, 176).



[+/-] Selengkapnya...

Senin, 03 Maret 2008

RASA SAKIT KETIKA SAKARATUL MAUT MENJEMPUT

Assalamu'alaikum...
Sahabatku,..
Jadikanlah cerita di bawah ini sebagai renungan....
RASA SAKIT KETIKA SAKARATUL MAUT MENJEMPUT

"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir, seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata: 'Rasakanlah olehm u siksa neraka yang membakar.' (Niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).



Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata): 'Keluarkanlah nyawamu!'

Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengata kan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya". (Qs. Al-An'am : 93).

Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Alloh, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.

"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang". (H.R. Ibnu Abu Dunya).


Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail.

Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.

"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Alloh". Salam Malaikat Izrail,

"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.

Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.

Seperti tamu yang lain, Nab i Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail.

Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap". Alloh sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.

Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya" itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan. "Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita". pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).

"Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)" kata Nabi Idris a.s.

"Kenapa?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.

"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s.

Kemudian Beliau berkata: "Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram".

Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan pikir Nabi Idris a.s.

"Siapakah engkau sebenarnya?" tanya Nabi Idris a.s.

"Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail.< /FONT>

Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.

"Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku?" selidik Nabi Idris a.s serius.

"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.

"Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail.

Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.

"Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s

"Apa itu? Katakanlah!". Jawab Malaikat Izrail.

"Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s.

"Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya" , tolak Malaikat Izrail. Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s.

Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.

Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.

"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku?" Tanya Malaikat Izrail.

"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s.

"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.

MasyaAlloh, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita? Siapkah kita untuk menghadapinya?

"Sebarkanlah walau hanya satu ayat"


[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 15 Januari 2008

Sikap Salafus Shalih dalam Mengelola Perbedaan Pendapat, Keragaman dan Madzhab-madzhab (Bag I)

(Mawaqiif Salafus-Shalih fii Al-Ikhtilaf wa At-Tanawwu’ Wa Al-Madzahib (Bag I))

AlhamduliLLAAHi wash Shalatu was Salaamu ‘ala RasuliLLAAHi wa ‘ala ‘alihi wa ash-habihi waman walah.

Ikhwah wa akhwat fiddin hafizhakumuLLAAH, seringkali ketika mengisi taujih dan menjelaskan berbagai dalil yang berbeda di kalangan salaf, ada saja ada orang yang bertanya kepada ana: “Ustadz, di antara pendapat-pendapat yang
dikemukakan tadi yang paling shahih yang mana?” Atau: “Ana tidak perlu tahu tentang berbagai pendapat tersebut, ana cuma ingin tahu satu yang benar yaitu yang sesuai dengan Salaf.”


Ikhwah wa akhwat fiLLAAH a’anakumuLLAAH, dari berbagai pengalaman tersebut nampaklah bagi para pencari ilmu, bahwa sebagian besar masyarakat kita belum mengetahui atau bahkan terlanjur dicekoki pemahaman yang keliru, bahwa seolah-seolah kalau sudah pendapat Salaf maka itu hanya satu, atau kalau kembali pada pendapat Salaf maka tidak boleh ada perbedaan pendapat.

Pemahaman seperti sama sekali amat keliru dan amat berbahaya, sehingga sebagian kelompok kemudian memanfaatkan jargon “kembali kepada Salaf” menjadi “kembali ke kelompok kami”, atau “kembali kepada fatwa Syaikh Fulan dan Syaikh Fulan, kalau selain itu bukan mewakili Salaf”. Hal ini tentu saja jauh sekali dari kembali kepada manhaj As-Salafus Shalih yang Syamil, Kamil dan Mutakamil.

Mengapa demikian? Karena jika kita jujur kembali kepada pemahaman Salaf, maka kita akan dapati seabreg ikhtilaf (perbedaan pendapat) di kalangan mereka, kitapun akan dapatkan setumpuk dalil-dalil dimana sebagian menguatkan
sebuah dalil dan sebagian lagi menguatkan dalil yang lainnya. Sehingga hendaklah kita bersikap adil, apakah kita memang mengajak kembali kepada Salaf, atau kembali kepada Salaf “yang sesuai dengan tarjih kita” karena kedua hal tersebut tentu saja maknanya dan implikasinya amat berbeda kepada Shahwah Islamiyyah (kebangkitan Islam) saat ini.

Ikhwah wa akhwat ‘azzakumuLLAAH. Jika kita benar ingin merujuk kepada Salaf, maka pelajarilah dan telitilah berbagai fatwa mereka, yang kesemuanya menyatakan bahwa ikhtilaf sebagiannya adalah terlarang namun sebagian yang lainnya bahkan merupakan sebuah kemestian (hatmiyyah). Hal tersebut karena perbedaan pendapat adalah sunnatuLLAAH, sebagaimana firman ALLAAH SWT:

“Jikalau RABB-mu menghendaki, tentu DIA menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh RABB-mu (yaitu para rasul as), dan untuk (perbedaan pendapat) itulah ALLAAH menciptakan mereka, kalimat RABB-mu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya AKU akan memenuhi neraka Jahannam itu dengan Jin dan Manusia (yang durhaka) semuanya.”[1]

Sebagian orang yang tidak mengerti menganggap bahwa makna: “Kecuali orang-orang yang diberi rahmat” dalam ayat itu adalah dalil wajibnya kita keluar dari berbeda pendapat, pemahaman ini adalah keliru, karena makna yang benar bahwa yang dikecualikan tersebut hanyalah para Nabi dan Rasul AS, adapun selain mereka pastilah senantiasa berbeda pendapat, demikianlah menurut tafsir ulama Salafus Shalih;

Berkata Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya: “Perbedaan dan kemajemukan dalam syariat merupakan keadaan yang tidak bisa tidak dalam penciptaan makhluk, sehingga makna: Dan untuk itulah ALLAH menciptakan mereka, maka ikhtilaf merupakan ‘illat (alasan) keberadaan wujud makhluk ini.”[2]

Kemajemukan dan perbedaan pendapat tersebut adalah motivator untuk menghadapi ujian serta untuk berkompetisi dan berkarya di antara masing-masing pihak yang berbeda pendapat tersebut, karena jika hanya satu ummat saja maka tidak akan ada lagi motivasi untuk berlomba, yang merupakan tujuan dari penciptaan manusia. Hal ini sesuai dengan firman ALLAH SWT yang lainnya: “Untuk tiap-tiap ummat di antara kalian KAMI berikan aturan dan jalan yang terang, sekiranya ALLAH menghendaki niscaya kalian dijadikan-NYA satu ummat saja, tetapi ALLAH hendak menguji kalian terhadap pemberian-NYA kepada kalian, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan…”[3]

Bahkan di kalangan non muslimpun ALLAH SWT tidak menyamaratakan mereka, sebagai semua mereka adalah jahat dan semua memusuhi kaum muslimin semua, bahkan sebaliknya ALLAH SWT Sang Maha Adil menyatakan dengan keadilan-NYA bahwa di antara mereka (non muslim) terjadi juga perbedaan dan ada di antara mereka yang masih memiliki nilai-nilai kebaikan, sebagaimana firman-NYA: “Mereka itu tidak sama, di antara ahli-kitab-kitab itu ada golongan yang berlaku lurus…”[4], dalam firman-NYA yang lain: “…dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kalian lihat mata-mata mereka mencucurkan airmata disebabkan kebenaran al-Qur’an…”[5]

Mengapa Bisa Terjadi Perbedaan Dalam Penetapan Hukum?

Jika kita mempelajari fiqh maka kita akan dapatkan bahwa tentang kehujjahan dalil syar’iyyah itu sendiri ada 2 jenis:

1. DALIL YANG DISEPAKATI KEHUJJAHANNYA: Al-Qur’an, as-Sunnah, al-Ijma’ dan al-Qiyas, yang didasarkan dari QS an-Nisa’, 4/59. Dalam ayat tersebut taat pada ALLAH bermakna taat pada Al-Qur’an dan taat pada Ar-Rasul diartikan taat pada As-Sunnah, dan taat pada ‘Ulil-Amri (bersifat muqayyad/terbatas) adalah taat pada pemerintah atau ulama atau pada kesepakatan mereka (ijma’). Hal ini diperkuat dengan dalil hadits tentang af’al Abubakar RA, dimana jika ia tidak mendapat hukum dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah maka beliau mengumpulkan tokoh-tokoh sahabat untuk bermusyawarah[6]. Sementara Qiyas ditetapkan berdasarkan hadits Mu’adz ra ketika diutus ke Yaman[7].

2. DALIL YANG DIPERSELISIHKAN KEHUJJHANNYA: Istihsan (mengembalikan yang khusus ke yang umum), mashalih-mursalah (menetapkan hukum demi kemaslahatan), istishab (memilih yang lebih disukai), ‘urf (adat-istiadat), madzhab-shahabiy (ittiba’ pada sebagian sahabat ra), syar’un man qablana (syariat ALLAH SWT sebelum nabi Muhammad SAW)[8].

Ikhtilaf Dalam Hal yang Qath’iy dan Zhanniy

Langkah pertama mensikapi ikhtilaf adalah membedakan apakah masalah tersebut bersifat ushuliyyah atau furu’iyyah? Apakah muhkamat atau mutasyabihat? Apakah masalah diniyyah atau dunyawiyyah? Jika masalah yang diperselisihkan merupakan masalah ushuliyyah seperti wajibnya rukun iman, atau masalah furu’iyyah yang qath’iy (pasti) seperti wajibnya shalat, zakat, puasa, hajji, jihad, atau haramnya zina, liwath, mencuri, khamr, riba maka berbeda pendapat dalam hal yang sudah jelas dan qath’iy ini mutlak diharamkan.

ALLAAH SWT mencela berbeda pendapat dalam masalah seperti ini dalam firman-NYA: “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka, mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” [9] Nabi SAW bersabda: “Sungguh kehancuran suatu bangsa sebelum kalian disebabkan perbedaan mreka terhadap KitabuLLAAH.”[10] Ibnu Mas’ud berkata: “Berbeda pendapat itu buruk.”[11] Berkata Asy-Syafi’i: “Perbedaan pendapat yang diharamkan adalah yang berkaitan pada masalah yang ada dalilnya secara sharih (jelas) dalam KitabuLLAAH dan Sunnah rasuluLLAAH SAW.”[12]

Maka sikap kita dalam masalah ini adalah harus jelas dan tegas (kecuali dalam hal-hal yang dikhawatirkan akan mengakibatkan bahaya yang lebih besar), dan sikap tegas dalam hal ini dihitung sebagai jihad fisabiliLLAAH[13], dan tugas para nabilah menjelaskan kata akhir dan keputusan mana yang benar dan mana yang salah dalam perbedaan pendapat seperti ini, sebagaimana dalam firman-NYA: “Dan KAMI tidak menurunkan kitab-kitab ini kepadamu kecuali agar kamu menjelaskan kepada mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu, juga agar menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”[14]

Adapun perbedaan pendapat dalam masalah yang zhanniy (masih bersifat dugaan kuat, tidak pasti) maka sepanjang perbedaan tersebut tidak syadz (nyleneh) dan memiliki dalil yang kuat maka yang demikian dibenarkan sekalipun dalam masalah aqidah[15], apalagi dalam masalah mu’amalah karena tidak ada dalil yang qath’iy[16].

Berkenaan dengan yang perbedaan furu’iyyah ini, berkata Imam Asy-Syafi’i: “Perbedaan pendapat ada 2 macam: Ada yang diharamkan dan ada yang tidak, yang diharamkan adalah segala hal telah ALLAH SWT berikan hujjah-NYA baik dalam kitab-kitab-NYA atau melalui lisan nabi-NYA secara jelas dan tegas maka hal ini tidak boleh berbeda pendapat bagi yang mengetahuinya. Maka ALLAH melarang perbedaan pendapat pada masalah yang telah dijelaskan secara tegas dalam nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah.”[17]

Imam asy Syatibi menjelaskan lebih rinci, sbb: “Perpecahan yang dilarang adalah perpecahan dalam agama (QS 6/159) dan (QS 3/7) dan bukan perbedaan dalam hukum agama. Perbedaan yang kedua ini kita dapatkan para sahabat ra setelah wafatnya nabi SAW berbeda pendapat dalam berbagai hukum agama. Pendapat mereka berbeda-beda tetapi mereka menjadi terpuji karena mereka telah berijtihad dalam masalah yang memang diperintahkan untuk itu. Bersamaan dengan itu mereka adalah orang-orang yang saling mencintai satu sama lain serta saling menasihati dalam persaudaraan Islam.”[18]

Imam al-Qurthubi menambahkan: “Karena berbeda-bedalah maka ALLAH SWT menciptakan mereka manusia.”[19] Lebih jauh Imam Ghazali menambahkan: “Bagaimana mungkin ummat akan bersatu mendengarkan satu pendapat saja, padahal mereka telah ditetapkan sejak di alam azali bahwa mereka akan terus berbeda pendapat kecuali orang-orang yang dirahmati ALLAH (para Rasul as), dan karena hikmah perbedaan itulah mereka diciptakan.”[20]

Imam Abu Hayyan at-Tauhidi menyatakan: “Tidak mungkin manusia berbeda pada bentuk lahir mereka lalu tidak berbeda dalam hal batin mereka, dan tidak sesuai pula dengan hikmah penciptaan mereka, jika sesuatu yang terus menerus membanyak sementara tidak berbeda-berbeda.”[21] Imam Syihabuddin al-Qarafi mengatakan: “Telah ditetapkan dalam ushul-fiqh bahwa hukum-hukum syariat seluruhnya dapat diketahui disebabkan oleh adanya ijma’ bahwa seluruh mujtahid, jika zhan (kecendrungan terkuat menurutnya) mencapai suatu hukum tertentu maka itulah hukum ALLAH SWT bagi dirinya dan bagi para pengikutnya.”[22]

Perbedaan pendapat ini dinamakan sebagai perbedaan pendapat yang disyari’atkan (al-ikhtilaf al-masyru’), tafadhal para pencari ilmu membuka dan merujuk langsung pada kitab-kitab yang ana sebutkan, di antaranya sbb:

1. Al-Ikhtilaf Al-Ulama’, yang disusun oleh Imam Abi AbduLLAAH, Muhammad bin Nashr Al-Mirwazi (wafat th. 294-H).

2. Al-Ikhtilaf Al-Fuqaha’, karangan Imam Abi Ja’far, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Amaliy, digelari Imam At-Thabari (wafat th. 310-H).

3. Al-Awsath fi As-Sunan wa Al-Ijma’ wa Al-Ikhtilaf, karya Imam Muhammad bin Ibrahim bin Mundzir An-Naisaburiy, digelari Ibnul Mundzir (wafat th. 318-H)

4. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Abil Walid, Imam Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd Al-Andalusiy, digelari Ibnu Rusyd (wafat th. 595-H).

5. Al-Mughniy Fi Fiqhil Imam Ahmad Ibni Hanbal Asy-Syaibaniy, oleh Abil Faraj, Imam AbdiRRAHMAN bin Muhammad bin Ahmad bin Qudamah Al-Maqdisiy Al-Hanbaliy, digelari Syamsuddin (wafat th. 682-H).

6. I’lam Al-Muwaqqi’in an RABBil ‘Alamin, Imam Muhammad bin Abubakr bin Ayyub bin Sa’d bin Qayyim, digelari Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (wafat 751-H).

7. Irsyadul Fuhul ila tahqiq Al-Haqq min ‘Ilmil Ushul, Imam Abi ‘Ali, Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad bin AbduLLAAH Asy-Syaukani Ash-Shan’ani, digelari Imam Asy-Syaukaniy (wafat th. 1255-H).

8. Dll.

(Bersambung Insya ALLAAH…)

___
Catatan Kaki:

[1] QS Hud, 11/118-119

[2] Lih. Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Darul Kutub al-Mishriyyah, juz-IX, hal 114-115)

[3] QS Al-Maidah, 5/48

[4] QS Ali Imran, 3/113-115

[5] QS Al-Maidah, 5/82-83

[6] HR Al-Baihaqi, dalam Al-Kubra’, X/114 juga dalam Sunan-nya, II/425 no.20838; Jam’ul Ahadits Lis-Suyuthi, XXV/146;

[7] HR Bukhari, VI/12 no. 1496; Muslim, I/151 no. 131

[8] Abdul Wahhab Khalaf, Ilmu Ushulul Fiqh

[9] QS Ali Imran, 3/105

[10] HR Muslim, Kitabul ‘Ilmi, no.2

[11] Adh-Dha’ifah Lil Albani, IV/75

[12] Ar-Risalah Lisy Syafi’i, hal. 560

[13] Ar-Raddu ‘alal Mukhalif, hal.39

[14] QS An-Nahl, 16/64

[15] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebut masalah ini sebagai masalah2 ilmiyyah atau khabariyyah, lih. Majmu’ Al-Fatawa, XIX/204

[16] Bahrul Muhith, VI/240 dan Al-Ihkam, IV/162 [17] Ar-Risalah lisy Syafi’i, hal-560, Maktabah Ilmiyyah, Kairo, tahqiq Ahmad Muhammad Syakir

[18] Al-Muwafaqaat lisy-Syatibi, juz-4, hal-121, 1

[19] Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, juz 9, hal 114-115

[20] Al-Qisthas al-Mustaqim, hal.61. Bagian dari kumpulan kitab-kitab Al-Qushur Al-Alawi min Rasa’il Al-Imam al-Ghazali, Maktabah Al-Jundi, Kairo

[21] Al-Imtina’ wa Al-Mu’assanah, juz 3, hal 99, Kairo (tahqiq Ahmad Amin dan Ahmad az-Zain)

[22] Al-Umniyyah fi Idrak Anniyyah, hal 515, dalam kumpulan kitab-kitab Al-Qarafi wa Atsaruhu fi al-Fiqh al-Islami (tahqiq AbduLLAH Ibrahim Shalah)

[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 16 November 2007

kisah haru gadis kecil palestina

Sebuah kisah nyata yang membuat gerimis dan mata berkaca-kaca. Pilu
hati, menyadari bahwa masih banyak saudara kita yang hidup dengan
penuh perjuangan. Apa yang bisa kita perbuat? Sekedar berempati saja
tidak cukup. Ah, malu sekali diri ini :(((
------------

Ini adalah kisah tentang seorang siswi di sebuah sekolah putri di
Palestina. Hari itu dewan sekolah berkumpul seperti biasanya. Di
antara keputusan dan rekomendasi yang dikeluarkan dewan dalam
pertemuan ini adalah pemeriksaan mendadak bagi siswi di dalam aula.

Dan benar, dibentuklah tim khusus untuk melakukan pemeriksaan dan
mulai bekerja. Sudah barang tentu, pemeriksaan dilakukan terhadap
segala hal yang dilarang masuk di lingkungan sekolah seperti hand
phone berkamera, foto-foto, gambar-gambar dan surat-surat cinta serta
yang lainnya.

Keamanan saat itu nampak normal dan stabil, kondisinya sangat tenang.
Para siswi menerima perintah ini dengan senang hati. Mulailah tim
pemeriksa menjelajah semua ruangan dan aula dengan penuh percaya
diri. Keluar dari satu ruangan masuk ke ruangan lainnya. Membuka tas-
tas para siswi di depan mereka. Semua tas kosong kecuali berisi buku-
buku, pena dan peralatan kebutuhan kuliah lainnya. Hingga akhirnya
pemeriksaan selesai di seluruh ruangan kecuali satu ruangan. Di
situlah bermula kejadian. Apakah sebenarnya yang terjadi ???

Tim pemeriksa masuk ke ruangan ini dengan penuh percaya seperti
biasanya. Tim meminta izin kepada para siswi untuk memeriksa tas-tas
mereka. Dimulailah pemeriksaan.

Saat itu di ujung ruangan ada seorang siswi yang tengah duduk. Dia
memandang kepada tim pemeriksa dengan pandangan terpecah dan mata
nanar, sedang tangannya memegang erat tasnya. Pandangannya semakin
tajam setiap giliran pemeriksaan semakin dekat pada dirinya. Tahukah
anda, apakah yang dia sembunyikan di dalam tasnya ???

Beberapa saat kemudian tim pemeriksa memeriksa siswi yang ada di
depannya. Dia pun memegang sangat erat tasnya. Seakan dia mengatakan,
demi Allah mereka tidak akan membuka tas saya. Dan tiba lah giliran
pemeriksaan pada dirinya. Dimulailah pemeriksaan.

Tolong buka tasnya anakku, kata seorang guru anggota tim pemeriksa.
Siswi itu tidak langsung membuka tasnya. Dia melihat wanita yang ada
di depannya dalam diam sambil mendekap tas ke dadanya. Barikan tasmu,
wahai anakku, kata pemeriksa itu dengan lembut. Namun tiba-tiba dia
berteriak keras: tidak … tidak … tidak …

Teriakan itu memancing para pemeriksa lainnya dan merekapun berkumpul
di sekitar siswi tersebut. Terjadilah debat sengit: berikan … tidak …
berikan … tidak …

Adakah rahasia yang dia sembunyikan??? Dan apa yang sebenarnya
terjadi???

Maka terjadilah adegan pertarungan tangan untuk memperebutkan tas
yang masih tetap berada dalam blockade pemiliknya. Para siswi pun
terhenyak dan semua mata terbelalak. Seorang dosen wanita berdiri dan
tangannya diletakan di mulutnya. Ruangan tiba-tiba sunyi. Semua
terdiam. Ya Ilahi, apakah sebenarnya yang ada di dalam tas tersebut.
Apakah benar bahwa si Fulanah (siswi) tersebut ….

Setelah dilakukan musyawarah akhirnya tim pemeriksa sepakat untuk
membawa sang siswi dan tasnya ke kantor, guna melanjutkan pemeriksaan
yang barang kali membutuhkan waktu lama …

Siswi tadi masuk kantor sedang air matanya bercucuran bagai hujan.
Matanya memandang ke arah semua yang hadir di ruangan itu dengan
tatapan penuh benci dan marah. Karena mereka akan mengungkap rahasia
dirinya di hadapan orang banyak. Ketua tim pemeriksa memerintahkannya
duduk dan menenangkan situasi. Dia pun mulai tenang. Dan kepala
sekolah pun bertanya, apa yang kau sembunyikan di dalam tas wahai
anakku …?

Di sini, dalam saat-saat yang pahit dan sulit, dia membuka tasnya. Ya
Ilahi, apakah gerangan yang ada di dalamnya??? Bukan. Bukan. Tidak
ada sesuatu pun yang dilarang ada di dalam tasnya. Tidak ada benda-
benda haram, hand phone berkamera, gambar dan foto-foto atau surat
cinta. Demi Allah, tidak ada apa-apa di dalamnya kecuali sisa makanan
(roti). Ya, itulah yang ada di dalam tasnya.

Setelah ditanya tentang sisa makanan yang ada di dalam tasnya, dia
menjawab, setelah menarik nafas panjang.

"Ini adalah sisa-sisa roti makan pagi para siswi, yang masih tersisa
separoh atau seperempatnya di dalam bungkusnya. Kemudian saya
kumpulkan dan saya makan sebagiannya. Sisanya saya bawa pulung untuk
keluarga saya di rumah …Ya, untuk ibu dan saudara-saudara saya di
rumah. Agar mereka memiliki sesuatu yang bisa disantap untuk makan
siang dan makan malam. Kami adalah keluarga miskin, tidak memiliki
siapa-siapa. Kami bukan siapa-siapa dan memang tidak ada yang
bertanya tentang kami. Alasan saya untuk tidak membuka tas, agar saya
tidak malu di hadapan teman-teman di ruangan tadi."

Tiba-tiba suara tangis meledak ruangan tersebu. Mata semua yang hadir
bercucuran air mata sebagai tanda penyesalan atas perlakukan buruk
pada siswi tersebut.

Ini adalah satu dari sekian banyak peristiwa kemanusiaan yang
memilukan di Palestina. Dan sangat mungkin juga terjadi di sekitar
kehidupan kita. Kita tidak tahu, barang kali selama ini kita tidak
peduli dengan mereka. Doa dan uluran tangan kita, setidaknya bisa
sedikit meringankan penderitaan mereka. Khususnya saudara-saudara
kita di Palestina yang hingga kini terus dilanda tragedi kemanusiaan
akibat penjajahan Zionis Israel.

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 29 Oktober 2007

TIP MENCARI BEASISWA UNTUK PEMULA

A. LANGKAH-LANGKAH TEKNIS:

1. Ada banyak sekali scheme scholarship untuk study abroad yang buka
pendaftaran tiap tahun. Beberapa scheme populer yang memberikan full
scholarship (komponen yang dibiayai sudah mencakup tuition fee, uang
saku, asuransi kesehatan dan 1x ticket bolak-balik) antara lain

Chevening dari British Council (tujuan studi ke UK)
Fulbright dari USAID (tujuan studi ke US)
ADS dari AusAid (tujuan studi ke Australia)
STUNED dan NFP dari Netherland Education Centre (tujuan studi ke Belanda)
DAAD dari pem. Jerman (tujuan studi ke Jerman)
VLIR dari pem. Belgia (tujuan studi ke Belgia)
Kita harus mempelajari dulu scheme2 tersebut, apa saja persyaratannya,
dsb. Cara paling mudah dan efektif ya tinggal buka saja web-nya. Nggak
tau alamatnya? Search aja di google....

2. Dapatkan score TOEFL minimal 550 (kalau mau aman 580) atau IELTS
minimal 6.0 (kalu bisa dapat 6.5 lebih OK). Setahu saya semua full
scholarship diatas mempersyaratkan nilai TOEFL/IELTS dengan nilai
minimal spt diatas (fulbright malah 580), kecuali Chevening cuma
require pengisian 2 lembar form aplikasi (that's all!).

3. Siapkan dokumen2 standar yang diperlukan such as: transkrip &
ijazah S1 (dilegalisir dan di-translate, jasa translation-nya biasanya
tersedia di kampus masing2), surat referensi dari employer dan mantan
dosen pembimbing S1, sertifikat skor TOEFL/IELTS, dan Curriculum
Vitae. Ada juga scheme yang require paspor, akte kelahiran, surat
jaminan dari employer, surat penerimaan dari universitas yang akan
dituju, dsb.

4. Langganan milis [EMAIL PROTECTED] Di milis ini ada banyak
sekali info2 mengenai beasiswa dari berbagai negara, lengkap dengan
tips, trik, pengalaman sucessful awardees and much more other related
topics.

B. TIPS2 UNTUK MEMPERBESAR PELUANG

1. Supaya peluang diterima lebih besar, carilah scheme scholarship
yang paling sesuai dengan background kita. Misalnya, kalau Anda
seorang jurnalis/wartawan/reporter, maka peluang Anda cukup besar
kalau Anda apply Chevening (Ira Koesno dan Arief Suditomo adalah salah
dua dari alumni Chevening). Kalau Anda calon politisi, pintu Fulbright
terbuka lebar untuk Anda (contoh alumni fulbright: Amien Rais dan
Mallarangeng bersaudara).

2. Perlu diantisipasi juga bahwa peluang setiap orang untuk memperoleh
beasiswa tidaklah sama. Hampir semua sponsor full scholarship akan
memberikan prioritas utama kepada PNS, dosen, staf LSM lokal, orang2
dari Kawasan Timur Indonesia (or at least luar Jawa lahh....),
wartawan dan... wanita (gender equity, banyak sponsor yang men-set
proporsi penerima / pemenang beasiswa mereka harus imbang pria dan
wanita = 50% vs 50%, sementara biasanya jumlah pelamar pria jauh lebih
banyak dari jumlah pelamar wanita, otomatis wanita punya peluang lebih
besar).

Jadi misalnya, peluang seorang dosen wanita dari Universitas
Cendrawasih adalah sangat2 besar untuk dapat beasiswa (terutama
AusAid), walaupun die kagak pinter-pinter banget. Sementara peluang
seorang pria eksekutif muda dari sebuah profit company terkemuka di
Jakarta sangatlah kecil, kecuali kalau dia punya track record
extraordinary...hehehe...

Tapiii.... hal ini jangan membuat teman2 di private sector patah
semangat ya... peluang itu tetap ada koq (contohnya teman2 saya yang
memperoleh beasiswa STUNED tahun ini, ada yang berasal dari Indofood,
Merpati airlines, dll), cuma berapa besarnya peluang tersebut, Only
Heaven Knows...hehehe.....(Rick Price, 1992).

3. Cari scheme scholarship yang persyaratannya paling ribet. Kenapa?
Karena makin banyak persyaratan, maka peminat akan makin sedikit,
otomatis peluang kita akan makin besar. Sebagai ilustrasi, Chevening
scholarship tiap tahun kebanjiran beribu-ribu pelamar dari seluruh
pelosok Indonesia karena persyaratannya cuma mengisi 2 lembar formulir
aplikasi dan kirim ke British Council.

That's it! Jika dipukul rata bahwa semua pelamar punya peluang sama,
it means scr statistik tiap pelamar cuma punya peluang kurang dari
0.1%. Tapi, mengacu point 2 diatas, peluang kita-kita yang kerja di
jabotabek, sektor swasta pula, tentu akan semakin kecillllllll
pula......

4. Cari jurusan/program yang akan berguna bagi "hajat hidup orang
banyak". Or lebih konkrit-nya, ambil jurusan yang berbau-bau
Development, Social, Policy, Rural, Public, Environment, Conservation
dan sejenisnya. Sebisa mungkin hindari jurusan yang terlalu spesifik
(tahun lalu saya apply untuk program Biometrics, gak lolos
tuh....hehehe....). Tapi tentunya program yang akan kita ambil tetap
harus relevan dengan background S1 dan atau pekerjaan kita.

5. Banyak-banyak berdoa dan perpanjang tali silaturrahmi (Arief S.
Gusnanto, 2004), sori Rief petuah loe gue quote nehhh.....but spt- nya
banyak benernya, at least for both of us ya
nggak....hehehe.....

OK friends, sekali lagi summary ini hanya berdasarkan pengalaman
pribadi yang tentunya sangat bervariasi dari satu awardees ke awardees
yang lain, semoga bermanfaat, dan......

SELAMAT BERJUANG di ARENA PERBURUAN BEASISWA!!!

Wassalam,
Meilanie Buitenzorgy

Source: milis beasiswa

[+/-] Selengkapnya...

Agus Sari, Beasiswa Fulbright, UC Berkeley

Kalau dana beasiswa yang diterima kurang, apa lebih baik beasiswanya tidak diambil? Atau adakah cara lain untuk menutupi dana yang kurang tersebut?


Nih, pengalaman saya waktu dapat Fulbright dan dananya kurang. Waktu itu, saya keterima di University of California, Berkeley, dan bayarannya kurang $7,000-an per tahun dari apa yang bisa disediakan oleh Fulbright. Walaupun saya juga diterima di beberapa universitas bermerek (so to speak) lainnya, termasuk Cornell (yang waktu itu sebetulnya masih lebih murah dari Berkeley), dan beberapa di antaranya bisa dipenuhi oleh Fulbright, saya tetap ngotot mau masuk ke Program Energy dan Resources di Berkeley (karena memang minat saya ke situ -- bukan karena "Berkeley Mafia, sungguh ...).

OK, jadi, ngotot ...

Lantas, begitu sampai, keluh kesah kurangnya dana ini saya sampaikan ke Profesor saya, dan ajaib, kurangnya itu bisa tertutup oleh "block grant" yang disediakan oleh program saya.

Tetapi, saya termasuk yang beruntung. Beberapa teman dari negara lain menutupi kekurangan ini dengan berbagai cara yang lebih banyak mengeluarkan keringat. Di antaranya, menjadi teaching assistant, research assistant, menjadi konsultan, kerja di tempat lain, menjadi librarian, tukang cuci piring di kantin ...

Lagipula, setelah saya bandingkan, ternyata stipend yang saya dapat dari Fulbright untuk biaya hidup itu sebetulnya generous, lho (mungkin karena saya masih bujangan waktu itu?), jadi bisa nabung sedikit-sedikit untuk nambah uang kuliah.

Kombinasi antara Fulbright dan "sekolah bermerek" adalah sebagai berikut: pertama, saya sepakat bahwa hanya menyebut anda sebagai seorang Fulbrighter saja akan membuka privilege akademis lainnya (termasuk beasiswa tambahan). Kedua, dengan menyebut bahwa anda adalah mahasiswa di sebuah universitas bermerek (misalnya Cornell) akan membuka peluang akademis dan finansial lainnya. Kombinasi keduanya ... bayangkan saja.

Saya dapat beasiswa dari Fulbright hanya untuk Master (tahun pertama dan kedua), tetapi akhirnya saya tinggal lebih lama dan alhamdulillah berhasil menyelesaikan program doktor, dengan beasiswa nyabet dari tempat lain. Ini adalah akibat dari kombinasi itu, saya kira.

Jadi, saran saya ... Tetaplah ngotot, dan pasti ada jalan ... beasiswa dari Fulbright merupakan permulaan yang bagus, tetapi jangan dianggap sebagai satu-satunya jalan.

Selamat bekerja dan berusaha.
sumber: milis beasiswa

[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 26 Oktober 2007

Ruhaniyyaat Al-Halaqah

Oleh : Musyaffa' Ahmad Rahim, Lc.

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu `anhu- ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: '. dan tidak ada satu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan melakukan kajian terhadapnya diantara sesama mereka, kecuali akan turun kepada mereka sakinah, mereka akan diliputi rahmat, majlis mereka akan dikelilingi para malaikat dan Allah SWT menyebut mereka di tengah orang-orang yang ada di sisi-Nya .'" (Hadits shahîh diriwayatkan oleh Imam Muslim).



Mungkin judul ini terasa aneh. Sebab, biasanya, ruhâniyyât, atau spiritualitas, terkait dengan individu, dan tidak dikaitkan dengan kelompok, group, halaqah, klub pengajian dan semacamnya.

Kesan individualitas spiritual itu bisa jadi karena dua hal, yaitu :
• Adanya doktrin yang menekankan bahwa agama, termasuk di dalamnya masalah spiritualitas, adalah sesuatu yang bersifat private (pribadi).
• Bahwa spiritualitas itu memiliki hubungan erat dengan ibadah, dan ibadah "sudah kadung (terlanjur)" difahami sebagai tanggung jawab pribadi. Wallâhu a'lâm.

Sebenarnya, masalah ruhâniyyât atau spiritualitas, dalam Al-Qur'ân Al-Karîm, sering sekali dibahasakan secara jamâ`î (kolektif), hal ini tampak jelas misalnya dalam surat Al-Fâtihah. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa jama` (plural), misalnya: iyyâka na`budu wa iyyâka nastaîn, ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm (hanya kepada-Mu - ya Allah - kami mengabdi, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan. Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus).

Ruhâniyyât halaqah atau dan semacamnya memiliki kedudukan sangat penting, sebab, jika hal ini hilang, maka halaqah atau akan menjadi kering dan kehilangan keberkahannya. Akibat selanjutnya sangat banyak dan beragam, diantaranya adalah hayawiyyah (dinamika), efektifitas dan produktiftas halaqah atau menjadi kerdil atau mandul.

Lalu, seperti apakah ruhâniyyât halaqah ini?

Ada banyak dalil yang menjelaskan hal ini, diantaranya adalah dua hadits nabi Muhammad SAW yang akan kita bahas ini, yaitu:

Pertama:

Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu `anhu- ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: '. dan tidak ada satu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan melakukan kajian terhadapnya diantara sesama mereka, kecuali akan turun kepada mereka sakinah, mereka akan diliputi rahmat, majlis mereka akan dikelilingi para malaikat dan Allah SWT menyebut mereka di tengah orang-orang yang ada di sisi-Nya .'" (Hadits shahîh diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Ruhâniyyât yang harus dipenuhi adalah:
• Sekelompok orang berkumpul (halaqah, klub dan semacamnya)
• Berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid, mushalla, langgar, surau dan semacamnya).
• Tilawah Al-Qur'ân (membaca Al-Qur'ân).
• Melakukan kajian terhadap Al-Qur'ân.

Jika keempat hal ruhâniyyât ini terpenuhi, maka akan membawa dampak (keberkahan) sebagai berikut:
• Sakînah (ketenangan, ketenteraman) akan turun kepada mereka.
• Rahmat Allah SWT akan turun kepada mereka, bahkan menyelimuti dan memenuhi majlis mereka.
• Majlis mereka akan dikelilingi oleh para malaikat.
• Nama-nama mereka akan disebut-sebut di sisi Allah SWT.

Kita perlu introspeksi, adakah selama ini kita merasakan dampak (baca: keberkahan-keberkahan) seperti ini?

Jika ya, alhamdulillâh. Jika tidak, maka kita perlu mengaca diri, adakah empat syarat yang disebutkan oleh hadits nabi di atas ada pada halaqah atau kita?

Kalaulah syarat masjid belum bisa kita penuhi pada setiap liqâât kita, maka, setidaknya, setiap pekan ada majlis ilmu di masjid yang mesti kita hadiri, agar dalam pekan itu, kita mendapatkan keberkahan-keberkahannya. Atau minimal, kita tidak kehilangan tiga (3) syarat lainnya.

Atau, hilangnya dampak (baca: keberkahan) halaqah atau kita disebabkan oleh agenda yang ada dalam setiap liqâât kita, dimana pada agenda-agenda kita tidak ada lagi suasana tilawah (kecuali sekedar pembuka, atau "sambil menunggu" yang belum hadir), tidak ada lagi suasana kajian terhadap kitab Allah?! Dan sudah sudah didominasi oleh suasana lain?! Marilah kita berintrospeksi!

Kedua:

Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abû Umâmah Al-Bâhilî -radhiyallâhu `anhu- ia berkata: Di sisi Rasulullah SAW disebutlah dua orang; salah satunya seorang ahli ibadah, dan seorang lagi seorang `âlim, lalu Rasulullah SAW bersabda: "Kelebihan seorang `âlim atas seorang ahli ibadah adalah seperti kelebihan saya atas orang paling rendah di antara kalian", kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT, para malaikat-Nya, seluruh penghuni langit dan bumi, termasuk semut di dalam lubangnya, dan ikan di lautan, semuanya membacakan shalawat untuk pengajar kebajikan kepada manusia". (H.R. Al-Tirmidzî, dan ia berkata: "Ini adalah hadits hasan gharîb shahîh)[1].

Ruhâniyyât yang harus dipenuhi oleh hadits ini adalah:
• Berilmu (`âlim). Tentunya, yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu-ilmu yang diwariskan Rasulullah SAW, yaitu ilmu al-kitâb (Al-Qur'ân) dan al-hikmah (sunnah Rasulullah SAW), dan tentunya, termasuk segala ilmu yang bersumber kepada dua ilmu warisan Rasulullah SAW.
• Mengajar, sebagaimana peran yang dulu dilakukan Rasulullah SAW.
• Yang diajarkan adalah segala kebajikan, baik kebajikan duniawi, apa lagi ukhrawi.

Dampak (baca: keberkahan) yang terjadi adalah:
• Allah SWT membacakan shalawat untuknya.
• Para malaikat membacakan shalawat untuknya.
• Termasuk seluruh penghuni langit dan bumi.
• Termasuk semut yang ada di dalam lubangnya.
• Termasuk ikan yang ada di dalam lautan.

Jika selama ini kita tidak (belum) merasakan semua keberkahan ini, bisa jadi karena suasana ilmiah tidak terjadi di dalam halaqah kita.

Semoga kita semua segera bisa membenahi suasana halaqah kita, agar segala keberkahannya bisa kita dapatkan, amin.

( YP | PIPPKS-ANZ | www.pks-anz.org )

[+/-] Selengkapnya...